Beberapa perusahaan yang membuat susu formula (susu buatan, susu kaleng) menginginkan agar para ibu tidak memberikan ASI, melainkan susu formula yang diproduksinya sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan. Memberikan susu dalam botol atau susu formula kepada bayi merupakan tindakan yang kurang aman. Banyak jutaan bayi yang minum susu dalam botol atau susu formula menderita kekurangan gizi atau sakit, dan juga dapat meninggal dunia.
Susu formula dan susu jenis lain, seperti susu kaleng atau susu dari hewan, tidak akan melindungi bayi dari penyakit.
Susu formula dan susu jenis lain dapat menyebabkan sakit dan kematian. Jika botol, dot, ataupun air yang digunakan tidak cukup mendidih, bayi akan menelan kuman berbahaya dan menderita diare.
Ketika bayi menyusu, dia akan menggunakan lidahnya untuk menghisap payudara ibu. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan bayi saat minum susu botol. Dengan menghisap botol, bayi akan lupa cara yang benar untuk menghisap payudara ibu. Dan jika bayi tidak cukup menyusu, produksi ASI ibu akan menurun, dan bayi tidak cukup memperoleh ASI.
Penggunaan susu botol atau susu formula memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk 1 bayi, sebuah keluarga membutuhkan 40 kg susu formula pada tahun pertamanya. Membeli susu formula dan bahan bakar untuk memasak air dapat menambah pengeluaran keluarga lebih besar dari penghasilan keluarga tersebut dalam seminggu atau bahkan sebulan. Sebagian orangtua mencoba menghemat susu botol atau susu formula dengan cara mengurangi bubuknya atau lebih diencerkan. Hal ini membuat bayi kekurangan gizi, tumbuh dengan lambat, atau lebih rentan terhadap penyakit.
Seorang ibu dengan infeksi HIV harus membuat keputusan yang paling aman untuk bayinya. Dia harus membandingkan resiko kesehatan lain dengan resiko infeksi HIV.
Sources
Burns, A. A., Niemann, S., Lovich, R., Maxwell, J., & Shapiro, K. (2014). Where women have no doctor: A health guide for women. Hesperian Foundation.